Pamor Andha Agung

Deskripsi;
gb hanya visual
Pamor Andha Agung mirip pamor Rojo Abolo Rojo tetapi ukurannya relatif lebih kecil. Terletak ditengah bilah, biasanya dikelilingi pamor Wos Wutah dan panjang hanya sepertiga atau setengah bilah. 
Pamor Andha Agung juga memiliki kemiripan dengan pamor Ujung Gunung. Bedanya, kumpulan di pamor Andha Agung terdiri dari garis pamor yang lebih halus dan bengkok (terdiri dari garis lurus yang bergabung seperti V terbalik), hal Ini dimulai di Sor-Soran dan meluas ke ujung bilah.
Secara proses pembuatan Pamor Andha Agung, termasuk dalam proses tempa pamor Miring.
Selain itu, jenis Pamor ini tergolong pamor Rekan, karena sudah direncanakan sebelumnya oleh sang Mpu.
Pamor 'Andha Agung' ini tergolong pamor tidak pemilih, sehingga siapa saja bisa cocok untuk memiliki nya.
Makna;
Pamor 'Andha Agung' secara bahasa memiliki pengertian 'Tangga yang Agung'.
Secara filosofi, Didalam pamor ini tersimpan pesan dan harapan tentang langkah dalam proses 'meniti' perjalanan hidup untuk mencapai keagungan. 
Hal ini tentunya tentang keseimbangan dan kesinambungan hubungan antara sesama Manusia (Hablum minannas), hubungan antara Manusia dengan Alam (Hablum minal Alamin) serta hubungan dengan Tuhannya (Hablum minallah).
Berkaitan tentang 'hubungan', tentunya tidak lepas dari cara Manusia 'berkomunikasi'. Hal ini bertujuan agar bisa saling mengerti dan memahami, sehingga tercipta keselamatan dan kebahagiaan. Sebagai contoh, ketika ada keinginan kita untuk menyalakan audio dengan musik yang kita suka, misal nya musik dangdut dengan nada yang cukup keras, jika kita bisa memahami dan mengerti bahwa tetangga kita belum tentu suka, tentu nya hal itu tidak akan terjadi. Contoh yang lain berkaitan 'hablum minal Alamin' adalah saat kita menebang pohon sebanyak-banyaknya, sehingga 'menggunduli' hutan, tanpa ada proses reboisasi yang terstruktur, tentunya jangan disalahkan jika pada akhirnya bencana alam terjadi(seperti banjir, tanah longsor, dll), membawa korban manusia yang lain, padahal hal itu Kita yang melakukan. Proses reboisasi yang terstruktur (salah satunya adalah reboisasi berkala, tidak saat sudah ditebang habis baru dilakukan reboisasi) ini adalah proses komunikasi kita dengan alam.
Tentunya jika dapat memahami dan mengerti, berkomunikasi yang baik antar sesama manusia serta alam ini, kita akan dapat memahami dan mengerti apa yang dikehendaki Tuhan, sebagai zat yang menciptakan semesta ini, termasuk kita serta alam yang mengisinya.
Harapan Sang Mpu dari kesemuanya itu terhadap sang 'pengemban' keris berpamor 'Andha Agung' ini, agar menjadikan nya Manusia yang Agung, yang mulia dihadapan sang 'Pencipta'.



-------------------------------------
Ditulis dan disadur
Oleh: Bhre Polo
Sumber: 

Komentar

Postingan Populer