Gambaran Umum Tentang Pamor; 'Kaweruh' Pamor Keris (bagian 1)
Pengertian Pamor, secara bahasa dalam KBBI, merujuk pada baja putih yang ditempatkan pada bilah keris; atau lukisan pada bilah keris, yang dibuat dari baja putih; Sedangkan dalam Wikipedia, Pamor adalah berkas atau guratan terang pada bilah senjata dari logam yang muncul akibat pencampuran dua atau lebih material logam yang berbeda.
Pamor terjadi akibat pemanasan, pelipatan, dan penempaan yang berulang-ulang dalam proses perundagian.
Ketika bilah dibuat, logam yang memijar belum meleleh namun menjadi lunak. Apabila logam yang memijar berbeda-beda, mereka akan saling berlekatan (adhesi).
Penempaan akan membuat titik pelekatan berbelok-belok dan, oleh pandai besi yang berpengalaman, dapat dibentuk mengikuti pola tertentu.
Keterampilan memanipulasi bentuk pamor dikuasai oleh para empu pembuat keris dan senjata-senjata tajam lainnya (misalnya badik dan tombak) di Nusantara.
Senjata-senjata berpamor ditemukan pula pada temuan arkeologi di kawasan Tiongkok selatan dan Indocina. Dari kawasan Persia dikenal pula teknik pemrosesan logam yang menghasilkan tampilan serupa pamor yang materialnya disebut baja damaskus (damascene). Karena itulah, pamor pada keris kadang-kadang dianggap bagian dari teknik damascene.
Sebelum lebih jauh pembahasan tentang Pamor, alangkah baiknya mengenal tentang Seni tempa Baja Damaskus. Berikut Uraiannya:
Baja Damaskus adalah baja yang ditempa, berupa pisau atau pedang smithed di Timur Dekat dari ingot dari besi wootz, baik yang diimpor dari India Selatan atau dibuat di sentra produksi di Sri Lanka, atau Khorasan, Iran.
Pedang atau Pisau ini memiliki ciri khas pola pita dan bintik-bintik yang mengingatkan pada air yang mengalir, terkadang dalam pola "tangga" atau "mawar". Bilah seperti itu terkenal tangguh, tahan terhadap pecah, dan mampu diasah hingga tajam, tepi yang ulet.
Perlu diketahui bahwa Wootz (India), Pulad (Persia), Fuladh (Arab), Bulat (Rusia) dan Bintie (Cina) adalah semua nama untuk baja wadah karbon ultra-tinggi historis yang ditandai dengan pemisahan karbida.Orang Persia memperkenalkan baja wootz ke Damaskus, dari abad ke-3 hingga abad ke-17, batangan baja dikirim ke Timur Tengah dari India Selatan. Ada juga produksi baja wadah dalam negeri di luar India, termasuk Merv (Turkmenistan) dan Chāhak, Iran.
Sumodiningrat dalam bukunya menduga bahwa kedatangan dan berkembangnya orang-orang Hindu dari Hindia, yang memperkenalkan penempaan senjata logam yang berpamor di Nusantara. Pamor diketahui berasal dari meteor yang jatuh ke bumi. Di Jawa tercatat bahwa pada masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwana IV ditemukan sebongkah meteor yang jatuh di bumi, yaitu sekitar tahun 1723 Syaka atau tahun 1801 Masehi.
Meteor yang jatuh di sekitar daerah Prambanan wilayah Surakarta tersebut berukuran tinggi sekitar 50 cm, dan berdiameter 80 cm.
Benda tersebut sampai sekarang disimpan di Keraton Surakarta sebagai salah satu benda pusaka keraton, dan disebut ”Kanjeng Kiai Pamor” yang dimanfaatkan dalam pembuatan keris sejak Susuhunan Paku Buwana IV hingga Susuhunan Paku Buwana XI (1939-1945).
Penelitian metalurgis terhadap meteor tersebut dengan menggunakan spectrophotometer menunjhukkan bahwa di dalam Kanjeng Kiai Pamor terdapat unsur-unsur nikel (titik lebur 1.455°C), titanium (1.668°C), besi (titik lebur: 1.538°C), timbal (327,5°C), dan timah putih(231,9°C), atau sekitar 94 % unsur besi dan 5 % unsur nikel.
Ada beberapa jenis meteor, yakni:
(1) Meteorit, mengandung besi (titik lebur: 1.538°C) dan nikel (titik lebur 1.455°C).
(a) Besi (sekitar 4,8% dari meteorit yang ditemukan) dan
(b) Stony (sekitar 94%). Meteorit batuan yang paling umum, juga memiliki sedikit lebih beragam. ada tiga sub-klasifikasi stonys: chondrites; chondrules mengandung; chondrites karbonan; mengandung chondrules bersama dengan mineral volatile dan Achondrites yang tidak mengandung chondroles.
(c) Lalu, ada jenis yang sangat langka akhir dari meteorit dicampur, disebut sebagai Stony-Besi (sekitar 1,2%).
Jenis Meteorit ini, jika ditempa untuk keris, warna logamnya menjadi kelabu;
(2) Siderit/ besi(II) karbonat (FeCO3), mineral besi yang berharga, karena merupakan besi 48% dan tidak mengandung belerang atau fosfor.
Seng, magnesium dan mangan biasanya menggantikan besi yang menghasilkan seri larutan padat siderite-smithsonite, siderite-magnesite dan siderite-rhodochrosite.
Siderit memiliki kekerasan Mohs dari 3,75-4,25, suatu berat jenis 3,96, putih beruntun dan kilau vitreous atau mutiara kilau.
Siderite bersifat antiferromagnetik di bawah suhu Néel 37 K yang dapat membantu dalam identifikasinya.
Kalau ditempa dalam bilah keris menjadi ’pamor ireng’ (warna hitam); dan
(3) Aerolit (sekarang disebut meteorit besi, meteorit besi-batu dan meteorit batu). Kalau ditempa dalam keris menjadi warna kelabu agak kuning sehingga batas antara pamor dan besi tidak tampak jelas, disebut ”pamor jalada”.
Dilihat dari proses terjadinya, pamor keris dapat dibedakan menjadi dua, yakni:
(1) pamor Jwalana, pamor yang terjadi dengan sendirinya karena keahlian sang empu, corak dan ragam hiasnya terjadi secara alamiah. Contoh pamor Jwalana adalah: pamor Mega Mendhung, pamor Urap-urap, dan pamor Ngulit Semangka;
(2) pamor Anukarta, yakni pamor yang dibuat secara sengaja, direncanakan oleh sang empu. Contohnya: pamor Blarak Ngirid, pamor Kenanga Ginubah, pamor Wiji Timun, pamor Untu Walang, dan pamor Udan Mas.
-------------------------------------------------------------------
ditulis&disadur
oleh: Bhre Polo
Sumber:
1. Mr. BPH. Sumodiningrat,"Pamor-Keris, Proyek Javanologi 1983"; Seri Penerbitan Proyek Javanologi No.9 Tahun I; Dep. Pendidikan&Kebudayaan, Badan Penelitian&Pengembangan Pendidikan&Kebudayaan.
Komentar
Posting Komentar