Wujud Semuning Pamor; 'Kawruh' Pamor Keris (bagian 4)
Dalam buku-buku lama mengenai keris sering dijumpai berbagai istilah untuk menggambarkan keadaan dan penampilan Pamor Keris, dalam bahasa jawa biasa disebut 'Wujud semuning pamor'.
Istilah-istilah tersebut pada umumnya kurang begitu dikenal oleh orang yang hidup pada masa kini. Hal tersebut bisa dijelaskan dalam uraian berikut:
1. Pamor mrambut; merupakan istilah penilaian pamor melalui kesan rabaan (jw: grayangan), yaitu pamor yang jika diraba dengan ujung jari rasanya seperti meraba rambut. Munculnya pamor semacam itu pada permukaan bilah keris bagaikan susunan helaian rambut, atau seperti serat-serat yang halus dan lembut.
2. Pamor ngawat; juga berkaitan dengan kesan rabaan seperti di atas, akan tetapi rasa rabaannya tidak sehalus pamor yang mrambut, melainkan seolah-olah seperi rabaan jajaran kawat yang lembut.
3. Pamor nggajih; merupakan istilah penilaian pamor melalui kesan penglihatan, yakni pamor yang tampak seperti lemak beku menempel di permukaan bilah. Keris yang pamornya nggajih biasanya adalah keris yang bermutu rendah atau yang sering disebut keris rucahan. Keris semacam itu jika dijentik (jw:dithinthing) biasanya tidak berdenting.
4. Pamor mbugisan; istilah ini merupakan penilaian pamor keris melalui kesan penglihatan dan rabaan. Permukaan bilah keris yang pamornya tergolong mbugisan rabaannya halus, sedangkan gradasi berbedaan warna antara besinya yang hitam dan pamornya yang putih keperakan tidak nyata terlihat, dan terkesan tidak kontras.
5. Pamor nyanak; merupakan istilah untuk pamor Sanak atau pamor peson, yang merupakan istilah penilaian pamor menurut kesan penglihatan dan rabaan. Alur-alur poly gambaran pamor ini tidak jelas, tidak kontras, tetapi rabaannya sangat terasa, agak kasar. Keris berpamor sanak biasanya dibuat dari bahan pamor yang berupa mineral besi yang didapat dari daerah lain. Jika dijentik, keris dengan pamor sanak tidak berdenting nyaring.
6. Pamor keleng; yang penampilannya cukup jelas, cukup kontras, tetapi sedemikian rupa sehingga seolah yang terlihat ini, hanya sebagian kecil dari keseluruhan pamor. Seolah sebagian terbesar dari pamor `tengelam’ di dalam badan bilah. Pamor yang keleng itu jika diraba akan terasa honer atau halus dan lembut.
7. Pamor kemambang; merupakan kebalikan dari pamor keleng. Pamor keris ini memberi kesan seolah bagian pamor yang tertanam di badan bilah hanya se-dikit saja. Jika diraba, pamor kemambang juga memberikan kesan lumer dan halus.
8. Pamor ngintip; merupakan istilah penamaan pamor yang sangat kasar perabaannya, malahan kadang-kadang di beberapa bagian terasa tajam. Pamor ngintip ini bisa terjadi karena dua sebab, yaitu:
a. Pertama si empu boros atau dermawan (jw: loma) terhadap bahan pamor yang digunakannya, sehingga jumlah bahan pamor yang digunakan berlebihan. Bisa juga terjadi karena ketidak-sengajaan, yakni untuk memberikan kesan wingit pada keris itu.
b. Sebab yang kedua adalah si empu menggunakan bahan pamor bermutu tinggi, tetapi besi yang digunakan mutunya kurang baik, sehingga besi itu cepat aus. Sewaktu besinya sudah aus, sedangkan pamor tidak, maka pamor keris itu akan muncul di permukaan bilah secara berlebihan.
9. Pamor yang mubyar yakni pamor yang tampak cerah, cemerlang, dan kontras dengan warna besinya. Walaupun warnanya kontras, namun jika diraba akan terasa lumer, halus.
Selain istilah-istilah di atas, untuk menilai pamor, orang juga mengamati kondisi tertanamnya pamor pada badan bilah keris.
Menurut istilah Jawa, kondisi itu disebut tancebing atau tumancebing pamor. Kondisi tertancapnya pamor pada badan bilah ada dua macam, yakni:
1. Parades (pandhes); yaitu tertanamnya pamor seolah dalam dan kokoh,
2. Kumambang; yaitu seolah-olah mengambang atau mengapung dipermukaan bilah.
-----------------------------------------
Ditulis ulang dan disadur
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
Komentar
Posting Komentar