Pamor Wengkon
Deskripsi;
Sebagian masyarakat menyebut Pamor Wengkon dengan sebutan Pamor Tepen. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Pamor Lis-lisan.
gb hanya visual |
Bentuk, pola dan gambaran Pamor Wengkon adalah berupa garis yang membentuk bingkai sejak dari bagian gandik Ke tepi depan ke pucuk ke tepi belakang hingga wadidang keris.
Wengkon sendiri artinya adalah bingkai. Sedangkan nama Tepen berasal dari kata Tepian. Hal ini terjadi karena Pamor Wengkon seperti membentuk bingkai. Kenapa Pamor Wengkon terkadang disebut juga Pamor Lis-lisan? Karena Lis sendiri bermakna Bingkai.
Pamor ini tergolong pamor rekan. Artinya, Bentuk dan Pola Pamornya dirancang terlebih dahulu oleh Empu pembuatnya. Sedang dari cara pembuatannya, Pamor Wengkon dicipta melalui dua macam cara, yaitu Sebagian memakai yang Pamor Mlumah, sebagian lagi dengan model Pamor Miring.
Meski bentuk Pamor Wengkon nampak sederhana, namun keris dengan pamor Wengkon termasuk sulit dibuat. Hanya empu senior yang mempunyai jam terbang tinggilah yang mampu membuat Pamor Wengkon, yaitu garis Wengkon yang berjarak tetap (konstan) dengan garis tepi bilah.
Biasanya, Keris dengan Pamor Wengkon dikombinasikan dengan pamor lainnya seperti Pamor Wos (Beras) Wutah, Ron Genduru, Pamor Tambal dan lain sebagainya.
Pamor wengkon termasuk bukan jenis pamor pemilih, sehingga siapa saja mampu (cocok) memilikinya.
Telah dibahas sebelumnya, bahwa pengertian Wengkon berkaitan erat dengan bingkai, tepian, Lis-lisan dll.
Terbersit harapan dari sang Mpu terhadap keris yang berpamor Wengkon ini Tentang suatu perlindungan, dari manusia lain yang tidak mampu mengendalikan Hawa nafsu, karena hal ini yang membuat antar manusia saling menyakiti.
Manusia sesungguhnya adalah makhluk yang sempurna. Lebih sempurna dibanding makhluk yang lain.
Namun manusia dalam dirinya diberi nafsu oleh Allah. Terbentuknya badan manusia itu tidak lepas dari 4 unsur, yaitu: api (geni), bumi (lemah), angin (bayu), dan air (banyu). Didalam 4 unsur tersebut, tersisip hawa nafsu didalam nya. Sejauh mana manusia dapat mengendalikannya sehingga selaras dengan kesatuan dalam dirinya, hati dan pikirannya.
Terdapat 4 macam hawa nafsu, berikut uraian nya:
1. Amarah
Nafsu yang ada dalam diri manusia, warna dasarnya adalah merah menggambarkan gelora nafsu yang membakar dadanya. Nafsu amarah letaknya di dada atau di paru-paru. Bila amarah sudah sampai puncak maka menyebabkan hilang kendali dirinya, sembrono, dan marah-marah. Namun bila nafsu ini mengecil maka disebut pengecut. Manusia jadi dikuasainya seutuhnya. Segala tindakannya akan memunculkan sikap sewenang-wenang, dan bahkan perilaku yang sangat kejam.
2. Aluamah
Aluamah adalah nafsu dasar yang dimiliki manusa. Letaknya di perut. Sebagai makhluk hidup manusia memiliki hasrat untuk memuaskan kebutuhan makan dan minumnya. Namun kebutuhan dasar tersebut andaikata dituruti secara berlebihan itu tidaklah baik, justru akan memberi dampak buruk bagi manusia.
Sebagai contoh seseorang yang nafsu makannya tidak terkendali. Apapun dia makan, bahkan sampai harus ngantri di tempat yang cukup jauh dan mahal. Dimana pun ada makanan enak dia tahu, seakan mempunyai radar. Tapi nafsu makan yang tidak terkendali itu menyebabkan masalah bagi kesehatannya seperti kolesterol, dan lain sebagainya.
Hasrat nafsu makan memang sungguh luar biasa, mengalahkan segala kepentingan yang lebih hakiki.
3. Supiyah
Nafsu ini letaknya di hati fuad. Nafsu agar dirinya disanjung, dihargai, dimuliakan oleh orang lain. Nafsu ini mengakibatkan orang menjadi sombong, tamak, dan angkuh. Dia merasa lebih mulia dan lebih kaya dari orang lain. Apapun tindakan yang dilakukannya umumnya hanyalah membangun opini publik dan pencitraan dirinya. Semua yang diberikan pada orang lain memiliki pamrih. Orang seperti ini gila terhadap dunia dan sanjungan. Dia ingin dipandang lebih dari pada orang lain. Nafsu ini pun bisa mengakibatkan perbuatan jahat kepada orang lain, jika tidak bisa mengendalikannya.
4. Muthmainah
Muthmainah adalah nafsu yang mengarah pada kebaikan. Rasa kesadaran yang ada dalam diri manusia mengarahkan dirinya untuk selalu bersujud dan mendekatkan diri pada Illahi. Secara manusiawi dia sadar bahwa dirinya hanyalah makhluk lemah yang tidak ada kekuatan lain selain Allah. Manusia menjadi patuh terhadap nilai-nilai yang ditekankan dalam agama. Sehingga akan mendekatkan diri sebaik mungkin pada Illahi. Dari sini manusia akan selalu ingin berbuat baik. Menolong terhadap sesamanya, munculnya rasa simpati maupun empati.
----------------------------------
Ditulis dan disadur
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
Komentar
Posting Komentar