Pamor Jala Tunda
Deskripsi;
Sepintas Pamor Jala Tunda (dibaca: Jolo tundo) mirip pamor Wengkon, tetapi lebar dan pada bagian dalam ada lekuk-lekuk yang terkadang simetris berhadapan, serta pada bagian lain sering tidak simetris.
Pamor Jala Tunda yang bagus, garis-garis yang menjadi wengkon biasanya halus dan rangkap banyak sekali.
Pamor ini dalam proses pembuatan nya tergolong pamor rekan, sehingga terdapat proses perencanaan sebelum ditempa.
Pamor Jala Tunda tergolong pamor langka walau dari teknik pembuatan tidak terlampau sulit. Oleh sebab itu menjadikan nya pamor pemilih, sehingga tidak semua orang bisa cocok untuk memilikinya.
Secara etimologi, kata 'Jolo tundo' merupakan kosakata lama dari bahasa Sansekerta, secara harfiah berarti 'air yang bertingkat/bertumpuk', hal ini bisa merujuk pada 'pancuran' atau sungai yang bertingkat.
Secara filosofi, Sumber air dan air itu sendiri mempunyai makna sebagai sumber kehidupan.
Air selain dimanfaatkan untuk kebutuhan kehidupan seperti minum, mandi, memasak, mencuci juga untuk irigasi dan kebutuhan lainnya.
Air biasanya oleh para leluhur juga digunakan untuk ritual siraman pada acara pengantin adat Jawa. Selain itu juga untuk 'tirta perwitasari' dalam acara jamasan pusaka atau tosan aji.
Selain itu, terdapat 3 pemaknaan 'Air', diantaranya adalah:
1. Pertama, air selalu mengalir dari hulu yang lebih tinggi ke hilir yang lebih rendah. Jadi penaka air dalam kehidupan kita harus rendah hati. Kalau ibarat pemimpin harus melayani dan menjadi sumber kesejahteraan bagi umat yang dipimpinnya.
2. Kedua, air itu selalu mengisi ruang-ruang yang kosong. Dalam menjalani kehidupan kita harus selalu memperbaiki diri, mengisi ruang-ruang jiwa dan hati dengan hal-hal yang baik dan menyejukkan seperti air. Kita harus seperti air, melengkapi kehidupan liyan dan bermanfaat bagi sesama.
3. Ketiga, air selalu menghilir ke muara. Dalam menjalani kehidupan, kita harus punya tujuan dan konsisten menjalaninya. Entah berapa lamanya kita menjalani kehidupan, muara nya akan sampai pada tujuan kepada Sang Khalik.
Dari ketiga hal diatas, penulis berusaha memahami pemikiran awal sang Mpu dalam pemberian nama keris tersebut.
Tentunya keris berpamor Jala Tunda ini merupakan pengejawantahan harapan dari sang Mpu sebagai 'paweling' pemilik keris ini pada nantinya agar selalu mengingat ketiga hal tentang pemaknaan 'air' tersebut sebagai pedoman dasar.
----------------------------
Ditulis dan disadur
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
Komentar
Posting Komentar