Pamor Kalacakra

Deskripsi;
Pamor Kalacakra tergolong pamor langka. Pamor ini terdapat disor-soran, dengan gambaran lingkaran dibagian tengah, yang ditarik garis menyilang memenuhi sor-soran, seperti lingkaran Cakra.
Pamor ini termasuk pamor rekaan karena telah direncanakan sebelumnya oleh sang Mpu.
Karena memang langka keberadaan nya, pamor ini termasuk jenis pamor pemilih, sehingga tidak semua orang bisa cocok untuk memiliki nya.
Makna;
Pamor 'kalacakra' Secara bahasa, terdiri dari 2 suku kata, yaitu 'kala' dan 'cakra'. 'Kala' berarti waktu; ketika; masa; sedangkan 'cakra' adalah 1. roda; 2. besi bundar, pipih, dan tajam (untuk senjata); 3. nama senjata sakti Dewa Wisnu yang berupa panah dengan mata senjata yang bulat seperti roda bergerigi yang dapat mengakhiri segala yang hidup (dalam pewayangan).
Secara makna harfiah 'Kalacakra' berarti kitaran waktu, dengan waktu sebagai ukuran perubahan, baik secara luar di dunia dan semesta, maupun secara dalam di raga kita. 
Secara luar, ada kitaran peredaran planet, bulan dan musim dalam satu tahun, fase-fase bulan, jumlah jam per hari dan seterusnya, belum lagi kitaran dan kurun sejarah dari masa damai dan perang.
Sedangkan secara dalam, ada kitaran kurun kehidupan (masa bayi, masa kanak-kanak, masa muda, masa dewasa, dan masa tua), haid, tidur, dan kitaran hayati, jumlah tarikan napas per hari, dan semacamnya.
Kitaran-kitaran luar dan dalam tersebut sejajar satu sama lain. Seperti bintang-bintang, planet dan semesta menjalani kitaran pembentukan, ketahanan, lesapan, dan kepunahan, manusia mengalami kitaran kelahiran, masa hidup, usia tua dan kematian yang disertai bardo, atau kurun antara. 
Lebih lanjut, kitaran dalam dan luar ini telah berulang secara tanpa awal, melalui kelahiran kembali semesta dan masa hidup yang berkelanjutan.
Hal ini yang menjadi dasar penulis dalam menggali pemikiran sang Mpu dalam proses awal penamaan pamor ini.
Sang Mpu mengisyaratkan pesan dan harapan kepada pemilik keris berpamor ini, agar selalu bersabar dalam pengertian yang luas, tidak hanya terhadap hawa Amarah, akan tetapi terhadap sifat nafsu yang lain, yaitu Aluamah, Supiyah dan Muthmainnah. Selain itu, sebar kebajikan, karena kita bukanlah makhluk sendiri, masih ada manusia yang lain, serta makhluk yang lain dan tentunya dalam menjalani proses hidup, akan indah jika saling berbagi.
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (Surat Al-'Ashr, Ayat 3)




-------------------------------------
Ditulis dan disadur
Oleh: Bhre Polo
Sumber:

Komentar

Postingan Populer