Pamor Makrib

Deskripsi;
Pamor Makrib, kadang disebut juga pamor Makarib. Pamor jenis ini ada yang mengatakan termasuk jenis 'Rajah' atau jimatan, sehingga pamor nya direncanakan sebelumnya oleh sang Mpu, dengan tujuan tertentu. 
Pamor Makrib tergolong pamor yang tidak pemilih, sehingga bisa dimiliki oleh setiap orang.
Makna;
Makrib atau Makarib, ada yang meyakini bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Arab yaitu 'al Ma'arif' yang berarti 'pengetahuan'.  
Dalam bahasa Jawa terdapat kata 'Kawruh' dan 'Ngelmu'.  Kawruh dalam hal ini dapat diartikan sebagai ilmunya pengetahuan, sedangkan Ngelmu adalah pengetahuannya ilmu. 
Kawruh, dari bahasa Jawa, dari kata dasar 'wruh' berarti "melihat" atau "tahu". Kawruh berarti "pengetahuan", terutama yang berhubungan dengan hal falsafi atau kebudayaan.
Sedangkan kata 'Ngelmu' dalam bahasa Jawa, dari kata dasar 'elmu' yang berarti 'Ilmu pengetahuan', serta mendapat imbuhan 'ng', sehingga bisa diartikan secara harfiah yaitu 'mencari ilmu pengetahuan'.
Sang Mpu memberi 'paweling', betapa pentingnya pengetahuan, terutama bagi nantinya yang memiliki keris berpamor 'Makrib' ini, Karena dengan pengetahuan, akhirnya bisa 'ngugemi' kalimat peribahasa yang selalu dipesankan para leluhur, 'gemi setiti nastiti ngati-ati'.
'Gemi' berarti hemat atau efesien. Setiap hasil yang diperoleh dikembangkan semaksimal mungkin. Hasil kerja dijaga dan dikembangkan agar memberi keuntungan yang halal. Dihindari sikap boros dan menghambur-hamburkan harta.
'Setiti' artinya teliti dan cermat. Segala sesuatu dikerjakan dan dilakukan dengan penuh perhatian dan konsentrasi. Setiap rencana dibuat secara matang, dirancang dengan cermat dan dilaksanakan seoptimal mungkin.
'Nastiti' berarti mengambil sikap dan keputusan berdasarkan pertimbangan yang matang. Setiap hal dilaksanakan menurut rencana yang diputuskan secara bijaksana. Nastiti terkait dengan sikap diskretif yakni menimbang dengan seksama, mewiweka dengan keselarasan kehendak Tuhan. 
Akhirnya, 'ngati-ati', yakni sikap eling lan waspada. Tak hanya soal berhati-hati melainkan bersikap batin terarah kepada Tuhan. Kehati-hatian tak hanya dalam rangka duniawi melainkan terkait dengan hal-hal yang bersifat surgawi.




------------------------------
Ditulis dan disadur
Oleh: Bhre Polo
Sumber:
1. 

Komentar

Postingan Populer